Rabu, 3 Juni 2009 | 03:36 WIB
Apa yang terjadi dengan pesawat Air France penerbangan 447 yang hilang di atas Samudra Atlantik? Masih misterius. Tidak ada informasi jelas. Hingga puing pesawat ditemukan, tidak satu penumpang pun yang dianggap tewas.
Pesawat Air France itu hilang di wilayah turbulensi di sepanjang garis ekuator yang dikenal sebagai zona pertemuan intertropis. Menurut pakar meteorologi, Pierre Lasnais, di zona itu sering terjadi badai dan petir, juga fenomena siklonik mini, yang menciptakan arus naik sangat kuat dan hujan batu es yang lebih besar dari bola tenis.
”Sangat mungkin sebuah pesawat tersambar petir dan pada saat yang bersamaan terperangkap dalam arus naik yang bisa mencapai kecepatan hingga 200 kilometer per jam. Anda bisa bayangkan dampaknya pada sebuah pesawat,” kata Lasnais.
Namun, itu hanya sebuah spekulasi. Ketika pesawat diketahui lenyap dari radar di Brasil, Spanyol, dan Senegal, serta dilaporkan masuk ke zona badai, segera muncul perkiraan pesawat tersambar petir.
Lebih dari satu pakar penerbangan menyebutkan, jika petir bisa menyebabkan jatuhnya pesawat, hanya ada segelintir orang yang konyol mau mengambil risiko untuk terbang.
”Isu petir telah dipertimbangkan sejak dunia penerbangan dimulai. Petir lebih mungkin menyambar pesawat saat pesawat terbang rendah. Pesawat tersambar petir sudah kurang lazim saat ini karena lebih mudah untuk menghindari badai,” kata Bill Voss, Presiden dan CEO Flight Safety Foundation.
Voss mengatakan, pesawat dibuat untuk membuang listrik di sepanjang kulit pesawat dan teruji tahan terhadap guncangan elektromagnetik besar.
Rutin
”Sebuah pesawat tersambar petir adalah hal rutin. Itu tidak cukup menjelaskan (hilangnya pesawat). Pasti ada mata rantai yang hilang,” ujar Pierre Sparaco dari Air and Space Academy, Perancis.
”Pembicaraan di kalangan penyelidik kecelakaan selalu soal ’rangkaian peristiwa mengerikan’. Rangkaian adalah kata kuncinya. Bukan hal ini atau hal itu salah, tetapi hal ini salah sehingga hal lain menjadi salah dan seterusnya,” katanya.
Menurut Sparaco, dalam skenario terburuk pun, saat semua peralatan elektronik mati karena petir, sebuah pesawat modern masih bisa terbang. ”Muncul gebrakan bernama sistem udara RAM (semacam generator kecil), di mana sebuah baling-baling kecil turun dan karena kecepatan pesawat, membangkitkan cukup listrik untuk menjalankan instrumen vital. Jika terjadi kegagalan daya total, pilot masih bisa terbang dengan kendali sistem komputer (fly by wire) cukup lama untuk bisa mendarat,” ujarnya.
Saat puing pesawat ditemukan, para ahli bisa menyelidiki penyebab hilangnya pesawat serta mengakhiri misteri dan spekulasi yang melingkupinya.(ap/bbc/fro)
sumber berita :http://www.kompas.com
Terima kasih atas postinganya kawan. Salam kenal dari: Obat Herbal
ReplyDelete